Benarkah nabi Isa Al Masih alaihissalam disalib dan meninggal pada kayu salib?
Pertanyaan tersebut menarik untuk didiskusikan karena persoalan penyaliban akan membawa implikasi panjang pada aqidah umat. Sebab seperti kita ketahui, doktrin Kristen menegaskan bahwa Isa Al Masih, yang oleh kalangan Kristen disebut dengan Yesus, meninggal di kayu salib. Implikasi panjang yang saya maksud, karena konsep penyaliban tersebut menjadi tonggak "aqidah" umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkitan Yesus, yang pada ujung-ujungnya mengarah pada pengakuan Ketuhanan Yesus.
Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Allah (Mat. 26:63). Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar sehingga Pilatus bertanya: Engkau raja orang Yahudi (Mat 27:11). Karena dituduh makar itulah, beliau disalib.
Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif. Dalam injil dijelaskan sebagai berikut: "Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12" (Yoh 19:14). Istilah Paskah sendiri berasal dari bahasa Ibrani dari kata "pesah" yang berarti: melewati. Upacara ini seperti dijelaskan Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang pada saat itu anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani "dilewati", karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka disapu dengan darah anak kambing domba
(kel 12:23-28).
Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai "anak domba Paskah" (I Kor 5:7). Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al Masih (harus) disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari "Kebangkitan Yesus". Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12, Pitalus selaku gubernur Romawi, memutuskan untuk menyerahkan Isa Al Masih kepada orangorang Yahudi, agar disalib di bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota.
Setelah sampai di bukit Golgota (Matius 27:46) kira-kira jam tiga sore berserulah Isa Al Masih dengan suara nyaring "Eli, Eli lama sabakhtani!, yang artinya "Tuhanku, Tuhanku mengapa Engkau meninggalkan Aku ?"
Hari itu adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (hari Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci dan Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun (Kel 20: 8-11), termasuk melakukan penyaliban, dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum mati (kel 31: 12-14).
Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 - 3 jam lagi (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, bukan pada jam 00.00).
Benarkah Isa Al Masih telah mati di kayu salib ?
Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya, minimal 2 hari.
Dengan tinjauan medis seperti itu, terbukti bahwa waktu 1 hari (saat itu hari Jum'at) belum cukup untuk membuat Isa Al Masih meninggal di kayu salib.
Di sisi lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34).
Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman ?
Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut, menandakan bahwa seseorang masih hidup.
Lolosnya Isa Al Masih dan pematahan kaki yang berarti tidak dilakukannya pemastian kematian karcna para serdadu sudah yakin Isa Al Masih telah meninggal merupakan suatu pertolongan Allah atas hambaNya. Pingsannya Isa Al Masih telah dilihat oleh para serdadu sebagai kematian lsa Al Masih.
Kronologis peristiwa yang diung-kapkan oleh Bibel justru menunjukkan hahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep Ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalarn Konsili Nicea tahun 325 M. Sebab konsep Ketuhanan itu mengharuskan adanya proses "evolusi Ketuhanan Yesus" sebagai berikut: penyaliban, mati, bangkit (hidup kembali), duduk di surga di sebelah kanan Allah (Markus 16:19), dan (menjadi) Tuhan.
Al-Qur'an sendiri secara gamblang menjelaskan bahwa Isa Al Masih tidak mati dibunuh pada kayu salib.
"Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah membunuh Isa Al Masih anak Maryam rasul Allah itu. Padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka ... ".
Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya "Isa dalam Al Qur'an Muhammad dalam Bible". (Firdaus), cet. 8, hal. 45 dan 47 menyatakan penafsirannya tentang QS An Nisa'/4:157.
"Kalimat "Ma qotaluhu wama sholabuhu" yang berarti: "Mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya" haruslah diartikan sebagai penguat (kalimat) satu dengan yang lain. Ma qotaluhu artinya mereka tidak membunuh Isa dengan jalan apa saja (di sini membunuh berarti umum). Ma sholabuhu mereka juga tidak membunuhnya dengan penyaliban. Disini membunuh dengan cara khusus yakni dengan penyaliban (kruisiging)."
Penyaliban artinya memakukan orang dengan membentangkan kedua tangan pada kayu yang bersilang sehingga mati. Kalau tidak sampai mati namanya bukan penyaliban, tetapi hanya terserupa saja sebagai penyaliban.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa lsa Al Masih tidak disalib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Askhariyuti. Pendapat seperti ini sulit dipertanggungjawabkan sebab Al-Qur'an sama sekali tidak pernah menyebut atau mengkisahkan nama tersebut.
Lantas dari mana umat Islam mengenal nama Yudas Iskariot? Jawaban atas pertanyaan ini bisa kita baca lewat keterangan Prof. HAMKA:
"Mereka menerima riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu riwayat yang dinukilkan Ibnu Jarir menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib."
Adapun riwayat-riwayat ini diterima oleh sahabat Rasulullah dan penafsir sesudahnya ialah orang-orang ahlul kitab yang masuk Islam, diantaranya Wahab bin Munabbih. Jadi, jelas bahwa umat Islam mengenal Yudas dari ahlul kitab, bukan dari Al-Quran.
"sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperholehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu ( Yoh 19:38 ).
Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan fenomena bahwa Isa Al Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar, kita telaah makna-makna di balik ayat-ayat tersebut.
Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Allah (Mat. 26:63). Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar sehingga Pilatus bertanya: Engkau raja orang Yahudi (Mat 27:11). Karena dituduh makar itulah, beliau disalib.
Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif. Dalam injil dijelaskan sebagai berikut: "Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12" (Yoh 19:14). Istilah Paskah sendiri berasal dari bahasa Ibrani dari kata "pesah" yang berarti: melewati. Upacara ini seperti dijelaskan Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang pada saat itu anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani "dilewati", karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka disapu dengan darah anak kambing domba
(kel 12:23-28).
Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai "anak domba Paskah" (I Kor 5:7). Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al Masih (harus) disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari "Kebangkitan Yesus". Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12, Pitalus selaku gubernur Romawi, memutuskan untuk menyerahkan Isa Al Masih kepada orangorang Yahudi, agar disalib di bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota.
Setelah sampai di bukit Golgota (Matius 27:46) kira-kira jam tiga sore berserulah Isa Al Masih dengan suara nyaring "Eli, Eli lama sabakhtani!, yang artinya "Tuhanku, Tuhanku mengapa Engkau meninggalkan Aku ?"
Hari itu adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (hari Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci dan Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun (Kel 20: 8-11), termasuk melakukan penyaliban, dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum mati (kel 31: 12-14).
Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 - 3 jam lagi (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, bukan pada jam 00.00).
Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian orang-orang yang disalib tersebut, orang-orang Yahudi ingin segera memastikan kematian dcngan cara "mematahkan kaki", yaitu meremukkan kaki dengan batas bagian tempurung ke bawah.
"Datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang yang disalib tersebut dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan".
(Yoh 19: 31).
(Yoh 19: 31).
Tepat giliran Isa Al Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya. Sebab, mereka menyangka Isa Al Masih telah mati.
"Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya." ( Yoh. 19:33).
"Filatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati." (Markus 15 : 44 ).
Benarkah Isa Al Masih telah mati di kayu salib ?
Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya, minimal 2 hari.
Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal:
Pertama, oleh infeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka peluang masuknya kuman ke dalam tubuh. Tanpa perlindungan antibiotika, kuman tersebut akan berkembang dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses kematian karena infekasi seperti ini, biasanya berlangsung
2-3 hari.
Kedua, Kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan mengganggu metabolisme dalam tubuh. Karena tidak adanya suplai makanan, tubuh memobilisasi bahan simpanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen yang ada habis, maka protein yang ada di otot digunakan sebagai pembentukan energi yaitu pembentukan ATP ATP merupakan energi "siap pakai". Bila protein yang ada di otot berkurang sedemikian rupa, maka fungsi sel akan terganggu dan diakhiri dengan kematian. Proses ini biasanya berlangsung 6-7 hari.
Dengan tinjauan medis seperti itu, terbukti bahwa waktu 1 hari (saat itu hari Jum'at) belum cukup untuk membuat Isa Al Masih meninggal di kayu salib.
Di sisi lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34).
Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman ?
Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut, menandakan bahwa seseorang masih hidup.
Penelaahan yang cermat dan objektif terhadap ayat-ayat Bibel di atas membuktikan bahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati (ingat, pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati).
Lolosnya Isa Al Masih dan pematahan kaki yang berarti tidak dilakukannya pemastian kematian karcna para serdadu sudah yakin Isa Al Masih telah meninggal merupakan suatu pertolongan Allah atas hambaNya. Pingsannya Isa Al Masih telah dilihat oleh para serdadu sebagai kematian lsa Al Masih.
Kronologis peristiwa yang diung-kapkan oleh Bibel justru menunjukkan hahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep Ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalarn Konsili Nicea tahun 325 M. Sebab konsep Ketuhanan itu mengharuskan adanya proses "evolusi Ketuhanan Yesus" sebagai berikut: penyaliban, mati, bangkit (hidup kembali), duduk di surga di sebelah kanan Allah (Markus 16:19), dan (menjadi) Tuhan.
Al-Qur'an sendiri secara gamblang menjelaskan bahwa Isa Al Masih tidak mati dibunuh pada kayu salib.
"Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah membunuh Isa Al Masih anak Maryam rasul Allah itu. Padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka ... ".
(An-Nisa' / 4 : 157).
"Kalimat "Ma qotaluhu wama sholabuhu" yang berarti: "Mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya" haruslah diartikan sebagai penguat (kalimat) satu dengan yang lain. Ma qotaluhu artinya mereka tidak membunuh Isa dengan jalan apa saja (di sini membunuh berarti umum). Ma sholabuhu mereka juga tidak membunuhnya dengan penyaliban. Disini membunuh dengan cara khusus yakni dengan penyaliban (kruisiging)."
Penyaliban artinya memakukan orang dengan membentangkan kedua tangan pada kayu yang bersilang sehingga mati. Kalau tidak sampai mati namanya bukan penyaliban, tetapi hanya terserupa saja sebagai penyaliban.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa lsa Al Masih tidak disalib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Askhariyuti. Pendapat seperti ini sulit dipertanggungjawabkan sebab Al-Qur'an sama sekali tidak pernah menyebut atau mengkisahkan nama tersebut.
Lantas dari mana umat Islam mengenal nama Yudas Iskariot? Jawaban atas pertanyaan ini bisa kita baca lewat keterangan Prof. HAMKA:
"Mereka menerima riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu riwayat yang dinukilkan Ibnu Jarir menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib."
Adapun riwayat-riwayat ini diterima oleh sahabat Rasulullah dan penafsir sesudahnya ialah orang-orang ahlul kitab yang masuk Islam, diantaranya Wahab bin Munabbih. Jadi, jelas bahwa umat Islam mengenal Yudas dari ahlul kitab, bukan dari Al-Quran.
Dalam keadaan pingsan serdadu menganggap dalam keadaan mati Isa Al Masih diturunkan dari kayu salib.
Berikut adalah penjelasan Bibel, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa setelah Isa Al Masih dianggap mati di kayu salib.
"sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperholehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu ( Yoh 19:38 ).
Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. la membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu. Kira-kira lima puluh kali beratnya ( Yoh 19:39 ).
Mereka rnengambil mayat Yesus, menggapainya dengatt kain lerran dan membubuhinya dengan rempah-rampah menurut adat vrartg Yahudi bila menguburkan mayat (Y oh 19:40 ).
Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan menggapainya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu kepintu kubur itu ( Markus 19:46 ).
Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus ( Markus 16:1 ).
Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan fenomena bahwa Isa Al Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar, kita telaah makna-makna di balik ayat-ayat tersebut.
Secara kronologis, peristiwa penurunan Isa Al Masih dari kayu salib, seperti dijelaskan ayat-ayat diatas, adalah sebagai berikut:
- Hari Jum'at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum maghrib) Yusuf dari Arimatea membawa Yesus ke kuburnya.
- Hari Jum'at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum maghrib) Yusuf dari Arimatea membawa Yesus ke kuburnya.
- Malam harinya, Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan gaharu. Lalu mengkafani Yesus dengan kain lenan.
- Ahad pagi hari, Maria Magdalena dan kawan-kawan membawa rempah-rempah ke kubur untuk meminyaki Yesus.
Dari kronologi tersebut, muncul pertanyaan "mayat" Isa Al Masih sudah diberi rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa pada pagi hari dua hari berikurnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al Masih ?
Dari kronologi tersebut, muncul pertanyaan "mayat" Isa Al Masih sudah diberi rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa pada pagi hari dua hari berikurnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al Masih ?
Jawabannya tidak sulit, datangnya para wanita tersebut pada dua hari sesudah "penguburan" justru menunjukkan bahwa Isa Al Masih belum meninggal.
Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempah-rempah tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al Masih. Mengingat rempah-rempah dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.
Jadi jelaslah sudah kalau Yesus belum mati saat di kayu salib...
Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempah-rempah tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al Masih. Mengingat rempah-rempah dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.
Jadi jelaslah sudah kalau Yesus belum mati saat di kayu salib...
Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar