Senin, 01 Juli 2013

MENGGAPAI KERINDUAN DENGAN KERINDUAN





Suatu ketika, saat Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain (yang saat itu masih anak-anak ) melihat seorang kakek yang sedang berwudhu dengan cara yang salah. Muncullah keinginan dari dua cucu Rasulullah SAW ini untuk bisa mengingatkan orang tua tersebut, agar amal ibadahnya benar tanpa menyinggung perasaanya.

Kemudian Sayyidina Hasan bersepakat dengan Sayyidina Husain untuk berlomba berwudhu dan menjadikan sang kakek sebagai juri yang akan menilai kebenaran wudhu mereka. Lomba berwudhupun dimulai. Dan di akhir perlombaan tersebut, sang kakekpun tersadar bahwa wudhu Sayyidina Hasan dan Husain lebih benar dan sempurna dari wudhunya sendiri.

Ini adalah pelajaran dakwah dari cucu Rasulullah Saw, dengan menyertakan kemuliaan akhlak dan tatakrama dalam mengingatkan orang lain khususnya yang lebih tua.

Sahabatku, mengingatkan orang lain artinya kita mengajak orang lain agar bisa lebih baik dan benar, bukan untuk menghukuminya sebagai yang salah dan terhinakan. Melihat orang lain dengan penuh kasih sayang dan menghargainya adalah pancaran ketulusan seorang penyeru kebaikan. Dari situlah kejayaan dihadapan Allah akan di peroleh. Pembelajaran ini sangat tepat bagi Juru dakwah termasuk didalamnya adalah Ustadz dan Kyai.

Disaat seseorang menyampaikan kebaikan haruslah ia melihat dirinya sebagai yang membutuhkan pahala dan penghargaan dari Allah SWT dibalik upaya dakwahnya sebelum melihat kepada orang lain sebagai orang yang mebutuhkan kepada ajakannya. Makna "membutuhkan" inilah yang menjadikan seseorang tidak kenal putus asa dalam mengenalkan kebaikan kepada orang lain. Hingga ia senatiasa mengambil cara yang paling indah agar ajakannya bisa diterima oleh orang lain sebagai perwujudan makna hikmah yang diajarkan oleh Allah kepada Rasulullah SAW yang sekaligus harus kita ikuti.

Sahabatku, Sayyidina Hasan dan Sayyidia Husain dalam usianya yang masih amat dini ini sangat paham makna hikmah berdakwah karena mereka adalah cucu dari sumber hikmah Rasulullah Saw. Beliau berdua tidak ingin menyakiti hati orang tua tersebut dengan " salah menegur " saat sang kakek salah didalam berwudhu. Maka dengan ketulusan dan kerendahan hati, mereka berperan sebagai orang yang ingin benar didalam berwudhu padahal sebenarnya mereka ingin membenarkan wudhu orang lain.

Alangkah mulianya akhlakmu wahai cucu Rasulullah Saw. Dan alangkah indahnya siapapun yang ingin mengajak kebaikan lalu mengajak dengan penuh kasih dan ketawadhuan. Sungguh dakwah bukanlah pamer ilmu atau bangga akan sebuah gelar. Akan tetapi dakwah harus berangkat dari keindahan menuju keindahan dan dengan cara yang indah.

Dan setelah itu, mari kita bercermin, sadar diri dan mencermati diri dan sekitar kita! Dimana hikmah dan akhlak kita saat mengajak orang lain kepada kebaikan ? Bisakah menuai hasil jika mulut dan lidah kita tidak luput dari kalimat cacian dan penghinaan terhadap orang yang kita anggap salah ? Dimana kasih sayang dan kerinduan kita untuk merindukan orang lain kepada Allah SWT ? Jangan sampai ajakan kita kepada Allah berubah menjadi ajakan kepada diri sendiri atau kelompok. Bisakah orang lain rindu kepada Allah jika yang mengajak bukanlah orang yang merindukan Allah SWT ? Dari kerinduan kepada Allah inilah akan hadir ajakan yang dirindukan dan penuh kasih untuk menghantarkan hamba-hamba Allah kepada kerinduan kepada Allah SWT.

Wassalam...


kode emoticon komentar
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :ab:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar